REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO - Kementerian Kesehatan Jepang, Kamis (10/3), melaporkan kematian enam bayi yang belum lama menerima vaksinasi vaksin buatan Pfizer atau Sanofi-Aventis. Penggunaan vaksin tersebut kini telah ditangguhkan sejak pekan lalu.
Kementerian mengatakan bahwa seorang anak laki-laki tak dikenal, berusia antara enam bulan hingga satu tahun, meninggal tujuh hari setelah menerima vaksin ActHIB dari Sanofi Pasteur yang dikombinasi dengan vaksin DPT untuk difteri, batuk rejan dan tetanus pada 15 Februari. Kasus terakhir itu mengikuti laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa lima bayi berusia di bawah tiga tahun meninggal sejak awal Februari setelah menerima vaksinasi tunggal atau dalam bentuk kombinasi dengan obat lain.
Setidaknya sekitar tiga dari enam bayi menderita penyakit jantung bawaan dan penyakit lainnya. Kementerian telah menghentikan Prevenar yang dibuat oleh Pfizer yang berbasis di New York. Penggunaan vaksin ActHIB, produksi Sanofi Pasteur yang merupakan cabang Sanofi-Aventis yang berkantor pusat di Paris, juga dihentikan. Pemerintah saat ini sedang menyelidiki apakah vaksin mereka terkait dengan kematian anak-anak.
Sekelompok ahli medis mengatakan mereka tidak dapat mengidentifikasi kaitan tertentu antara kematian dan vaksin. Kementerian Kesehatan kini tengah melakukan penyelidikan mendetail. Kedua vaksin tersebut telah diberikan secara luas kepada anak-anak di seluruh dunia selama bertahun-tahun untuk mencegah infeksi bakteri penyebab pneumonia dan meningitis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar