Rabu, 04 Januari 2012
Ini dia 4 Pendekar legendaris Indonesia di Layar Kaca
Pendekar adalah sebuah gelar yang di berikan kepada seseorang yang telah mempelajari ilmu seni bela diri Indonesia. Dan Kebanyakan pendekar adalah suka berpetualang atau berkelana dan suka membela kebenaran . nah nih ada 5 pendekar kita yang legendaris di layar kaca
1. Jaka sembung
Jaka Sembung Sang Penakluk atau hanya Jaka Sembung (Internasional:The Warrior) adalah film aksi laga epos dewasa tahun 1981 dari Indonesia yang disutradarai oleh maestro film Sisworo Gautama Putra. Film ini mendapat perhatian dari kalangan penggemar film aksi laga internasional karena dianggap sebagai salah satu film pertama yang mempunyai ramuan unik antara ragam aksi laga dengan ragam horor dan supernatural. Film ini dibuat berdasarkan komik Indonesia dengan judul yang sama yaitu "Jaka Sembung" karya komikus terkenal Indonesia Djair Warniponakanda yang sering ditulis hanya dengan "Djair".
Film ini dibintangi antara lain oleh Barry Prima, Eva Arnaz, dan Dana Christina. Film ini adalah film yang melejitkan nama Barry Prima dan memberikannya nama panggilan yang sama dengan tokoh yang diperankannya. Dengan semboyannya "Untuk pertama kalinya ilmu Rawa Rontek difilemkan!!!", film ini didistribusikan oleh Rapi Films. Versi DVD rumah barunya yang telah mengalami perbaikan kualitas namun hanya dalam percakapan bahasa Inggris diterbitkan oleh penerbit film kultus Mondo Macabro dari Britania Raya pada tahun 2008. Versi ini disertai dengan fitur bonus berupa wawancara dengan para tokoh di balik layar, seperti Imam Tantowi dan El Badrun.
Film ini diikuti oleh sekuelnya, Si Buta Lawan Jaka Sembung yang dirilis tahun 1983.
Pada zaman penjajahan Belanda, Parmin alias Jaka Sembung (Barry Prima) merupakan jawara sakti Kandanghaur. Ia memberontak atas ketidakadilan pemerintah Hindia Belanda yang mengharuskan para tawanan bekerja paksa. Untuk menumpas Jaka Sembung, Komandan Hindia Belanda setempat mengadakan sayembara. Jawara sakti Kohar (S. Parya) awalnya kalah, tapi kemudian seorang dukun Jawa mengusulkan agar mereka menghidupkan kembali Si Hitam (W.D. Mochtar), seorang jagoan sakti kejam yang pernah mati di tangan guru Jaka Sembung. Si Hitam memiliki ajian gelap dan misterius Rawa Rontek yang membuatnya tak bisa mati bila tubuhnya menyentuh tanah.
Parmin dikhianati oleh salah seorang penduduk desa dan hendak ditangkap. Parmin kalah telak saat berhadapan dengan Si Hitam yang juga menguasai ilmu sihir dan ditangkap. Tidak hanya disiksa, kedua mata Parmin dicongkel secara keji oleh Komandan Hindia Belanda, dan walaupun berhasil meloloskan diri, dia disihir menjadi seekor babi hutan oleh Si Hitam. Usaha Parmin untuk melarikan diri akhirnya berhasil berkat bantuan kekasihnya, Surti (Eva Arnaz). Surti membawa Jaka yang telah menjadi babi ke tengah hutan di mana mereka bertemu dengan guru Jaka, seorang petapa yang sakti. Surti yang mencintai Parmin rela untuk mengorbankan nyawanya demi kekasihnya tersebut. Surti rela menyumbangkan kedua matanya untuk "dicangkokkan" pada Parmin dalam sebuah ritual ajian mistik yang membahayakan nyawanya sendiri. Akhirnya Surti meninggal setelah memberikan kedua matanya kepada Parmin sebagai bentuk cinta sejatinya. Parmin yang sangat sedih bersumpah untuk membalas dendam pada Komandan Hindia Belanda yang keji dan Si Hitam.
Setelah berhasil memulihkan diri dan bekal ajian sakti dari gurunya, Jaka Sembung bergerak untuk memimpin rakyat desa dengan dibantu Maria (Dana Christina), putri komandan Hindia Belanda yang tidak setuju dengan sikap keji ayahnya pada rakyat. Mereka berdua dan rakyat desa akhirnya menyerbu ke benteng Hindia Belanda dan juga Si Hitam dalam sebuah pertempuran final yang sengit.
2.Si Buta dari goa Hantu
Si Buta Dari Gua Hantu menceritakan tentang Barda Mandrawata yang ayah serta kekasihnya dibunuh oleh Mata Malaikat, seorang pendekar digdaya yang buta. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya ayahnya memberitahukan bahwa ilmu golok Mata Malaikat dilandasi oleh ilmu membedakan suara, dimana hanya orang buta yang dapat menguasainya. Demi membalas dendam dan menguasai ilmu golok pembeda suara, Barda Mandrawata pun membutakan kedua matanya dan melatih ketajaman pendengarannya di Air Terjun Gua Hantu. Dapatkah Barda menguasai ilmu tersebut dan mengalahkan Si Mata Malaikat yang berhati kejam ?
3.Wiro Sableng
Wiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang tekenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng. Wiro adalah seorang pendekar dengan senjata Kapak Maut Naga Geni 212 dan memiliki rajah "212" di dadanya. Wiro memiliki banyak kesaktian yang diperoleh selama petualangannya di dunia persilatan, dari berbagai guru.
4.Kamandanu " Tutur tinular"
Arya Kamandanu adalah nama seorang tokoh fiktif, tokoh utama dalam cerita sandiwara radio legendaris Tutur Tinular, sandiwara radio fenomenal yang berlatar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari hingga berdirinya Kerajaan Majapahit, karya S. Tidjab.
Dalam cerita sandiwara tersebut, Arya Kamandanu digambarkan sebagai sosok pemuda yang sangat mumpuni dalam olah kanuragan, pendekar pilih tanding berjiwa ksatria yang mampu menaklukkan musuh-musuhnya, pantang mundur demi membela kebenaran, namun dilain pihak ia adalah sosok pemuda yang sangat lugu, pemalu dan sulit menaklukkan hati dan perasaannya sendiri, selalu ragu-ragu dalam mengutarakan isi hatinya terhadap seorang perempuan.
Kamandanu dan Keluarganya
Arya Kamandanu lahir di desa kecil bernama Kurawan, putra kedua dari Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari.
Arya Kamandanu mempunyai kakak bernama Arya Dwipangga, berbeda dengan Kamandanu, Arya Dwipangga mempunyai karakter licik, ia lebih gemar terhadap olah sastra, dengan syair-syairnya inilah pada akhirnya nanti Arya Dwipangga berhasil merebut kekasih adiknya, dan karena syair-syair ini pula ia akan terkenal dan menjadi pendekar yang sakti mandraguna dengan julukan Pendekar Syair Berdarah.
Mereka berdua sejak kecil hanya dibesarkan oleh ayahnya, Mpu Hanggareksa, dibantu oleh pengasuh setianya bernama Nyi Rongkot.
Ilmu Kanuragan
Mpu gandring memiliki sahabat sekaligus murid bernama Mpu Bango (Bango Samparan ,ayah angkat Ken Arok), Mpu Bango mempunyai murid bernama Empu Sasi. Dan Empu Sasi sendiri memiliki tiga murid yaitu; Mpu Lunggah, Mpu Ranubhaya dan Mpu Hanggareksa yang merupakan ayah Arya Kamandanu.
Arya Kamandanu sendiri mampu menguasai olah kanuragan karena mendapat bimbingan dari saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Sebelum kedatangan Kamandanu, Mpu Ranubhaya hanya mempunyai seorang murid bernama Wirot.
Di dalam sebuah goa yang terletak di pinggiran bukit Desa Kurawan, Arya Kamandanu bersama Wirot digembleng olah ilmu kanuragan oleh Mpu Ranubhaya. Selama beberapa hari Arya Kamandanu akhirnya berhasil menguasai Aji Saepi Angin, sebuah ilmu kanuragan untuk meringankan tubuh, yang mampu membuatnya lari melesat bagaikan terbang. Kamandanu juga berhasil menguasai pukulan dua belas jurus sampai tahap ke tiga dimana pukulan ini lebih populer dengan nama Jurus Naga Puspa , yang pada akhirnya nanti mampu disempurnakan sampai tingkat Akhir oleh bantuan saudara seperguruan ayahnya yang lain bernama Mpu Lunggah
Pedang Naga Puspa
Dalam setiap petualangannya, Arya Kamandanu selalu ditemani oleh pedang pusakanya bernama pedang Naga Puspa ciptaan gurunya, Mpu Ranubhaya.
Pada awalnya pedang pusaka ini diciptakan untuk Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Mongolia sebagai tebusan atas diri Ranubhaya sebagai tawanan kerajaan, Namun pedang ini malah menjadi rebutan pejabat kerajaan. Demi menyelamatkan pedang tersebut dari orang-orang yang berwatak jahat, pedang pusaka tersebut akhirnya diserahkan kepada pasangan pendekar suami-istri bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin.
Pasangan pendekar ini akhirnya menjadi buronan dan menjadi pelarian hingga terdampar ke Tanah Jawa. Sesampainya di Tanah Jawa, pedang ini pun menjadi rebutan oleh banyak pendekar jahat. Lo Shi Shan tewas, pedang pun beralih ke tangan Mei Shin. Mei Shin pun hidup terlunta-lunta, kemudian ditolong oleh Arya Kamandanu. Dalam kebersamaannya, merekapun saling jatuh cinta, kemudian Arya Kamandanu menikahi Mei Shin, dan akhirnya pedang pusaka tersebut diserahkan ke Arya Kamndanu, murid kesayangan dari pencipta pedang Naga Puspa itu sendiri.
Pedang Naga puspa ini begitu dahsyat kekuatannya, ketika pedang ini sudah keluar dari warangka nya, maka akan mengeluarkan pamor yang berwarna kemerah-merahan. Dalam penciptaannya, Mpu Ranubhaya memasukkan energi Naga Bumi kedalam pedang tersebut, sehingga bagi siapa saja yang berani mencabut pedang tersebut dari warangkanya tetapi tidak mempunyai tenaga dalam yang memadai, maka pemegang pedang tersebut tenaganya akan tersedot oleh energi ghaib yang ada dalam pedang Naga Puspa ini hingga bisa menyebabkan kematian. Sudah banyak korban-korban yang berjatuhan akibat kecerobohan menggunakan pedang ini.
Arya Kamandanu sendiri tak pernah berani berlama-lama ketika menggunakan pedang tersebut, karena meski ia sudah menguasai jurus -jurus dasar Naga Puspa, Namun ia masih belum mampu mengendalikan tenaga liar yang ada dalam pedang ini. Hingga suatu saat, pedang ini pun jatuh ketangan musuh besarnya, akibatnya banyak korban yang berjatuhan.
Ketika Arya Kamandanu digigit oleh ular siluman naga puspa, kemudian bertapa hingga 40 hari lamanya dan mampu menyempurnakan jurus naga puspanya sampai ke tahap akhir dan dengan bantuan Keris Mpu Gandring, barulah ia bisa merebut kembali Pedang Pusaka tersebut dari tangan musuh bebuyutannya, dan kemudian dengan kekuatan ghaib ular Naga Puspa yang sudah mengalir dalam tubuhnya, akhirnya Kamandanu bisa menaklukkan keganasan pedang ini, kemudian pamornya berubah menjadi kebiru-biruan.
Pada masa akhir petualangannya, agar Pedang Pusaka tersebut tidak jatuh lagi ke tangan pendekar yang berwatak jahat, Kamandanu memilih berpisah dengan Pedang Pusaka ini, kemudian dengan mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya, ia menancapkannya sangat dalam pedang tersebut pada sebongkah batu besar di sebuah gua yang tersembunyi, di lereng Gunung Arjuna.
Musuh Bebuyutan
Sebagai seorang pendekar, Arya Kamandanu banyak mempunyai musuh dalam petualangannya, namun hanya ada beberapa yang mempunyai ilmu kanuragan sepadan sehingga akhirnya menjadi musuh bebuyutan, antara lain adalah saudara kandungnya sendiri, Arya Dwipangga dan beberapa tokoh pendekar jahat lainnya.
Arya Dwipangga
Pada awalnya, Arya Dwipangga, kakak kandung dari Arya Kamandanu ini bukanlah seorang yang gemar dengan olah kanuragan.
Ia lebih suka dan berbakat dalam olah sastra, ia pandai membuat syair-syair yang sangat mengagumkan. Namun ia mempunyai perangai yang buruk yaitu gemar juga memikat wanita cantik, meskipun itu adalah kekasih adiknya sendiri, yaitu Nari Ratih dan Mei Shin. Inilah awal permusuhan kakak beradik ini.
Karena kelakuannya yang buruk itu, Arya Dwipangga sering berselisih faham dengan ayahnya sendiri, Mpu Hanggareksa. Arya Dwipangga juga mempunyai sifat yang licik dan pendendam. Pada suatu ketika, karena ia merasa di anak tirikan oleh ayahnya atas kelakuan buruknya itu, dan karena ia juga selalu kalah beradu fisik dengan kamandanu yang menguasai ilmu kanuragan, ia pun berkhianat kepada keluarganya, Ia melaporkan kepada perwakilan prajurit kediri bahwa dirumah ayahnya bersembunyi seorang buronan, Mei Shin. Saat itu Kerajaan Singhasari sudah runtuh dan Kerajaan Kadiri sedang berkuasa. Mei Shin menjadi buronan karena Pedangnya, Pedang Naga Puspa menjadi incaran kelompok Pendekar yang bekerja kepada pemerintahan Kediri. Maka datanglah rombongan pasukan prajurit kediri dibawah pimpinan Mpu Tong Bajil, Dewi Sambi dan teman-temannya yang kemudian memporak-porandakan dan membakar rumah Mpu Hanggareksa. Mei Shin berhasil selamat, menyelinap dan melarikan diri. Tapi ayahnya, Mpu Hanggarekasa dan pengasuh setianya, Nyi Rongkot, tewas dibantai dengan kejam dan dibakar.
Ketika Kamandanu pulang dan mengetahui kejadian ini akibat perbuatan kakaknya, Ia pun mencari Arya Dwipangga dan menghajarnya hingga Arya Dwipangga terperosok masuk kedalam jurang. Tapi ternyata di goa dalam jurang inilah, justru akhirnya Arya Dwipangga menemukan seorang guru kanuragan yang sakti mandraguna yang gemar olah sastra juga, bernama Ki Watukura. Sosok tua misterius inilah yang mengajarinya olah kanuragan, dan disinilah Arya Dwipangga menjadi sakti mandraguna, dengan ajian mautnya bernama Kidung Pamungkas. Ia pun juga mendapatkan dua pedang sakti yg berbentuk aneh menyerupai bulan, bernama Pedang Bulan Sabit Kembar.
Setelah Ki Watukura Meninggal dan Arya Dwipangga sudah mewarisi kesaktiannnya, Ia pun keluar dari jurang dan mencari Arya Kamandanu serta bertekat membalas dendam. Dalam petualangan dan amarahnya mencari Arya Kamandanu, Ia tak mengenal kawan atau lawan, Ia pun membunuh siapa saja yang ditemuinya. Sebelum bertarung, ia selalu melantunkan syair-syair yang penuh dengan daya magis, Arya Dwipangga juga selalu meninggalkan tanda pada setiap korban yang dibunuhnya dengan tulisan Pendekar Syair berdarah.
Akhirnya, Arya Dwipangga menjadi seorang pendekar yang sangat kejam tanpa kenal ampun dan ditakuti semua orang, Ia terkenal dengan sebutan Pendekar Syair Berdarah.
Arya Dwipangga akhirnya bertemu lagi dengan Kamandanu di desa Kurawan, tempat tinggal mereka dulu. Dan kedua kakak beradik itu bertarung habis-habisan. Namun Arya Dwipangga tidak mampu mengalahkan Arya Kamandanu. Ia akhirnya melarikan diri.
Arya Dwipangga bertemu dengan Mpu Lunggah. Seperti biasa nafsu membunuhnya muncul. Namun dia tidak berdaya melawan Empu Lungga, karena Empu Lunggah menggunakan ilmu Rajut Busana, yaitu sebuah ilmu yang dapat menghilangkan kesaktian seseorang. Arya Dwipangga kehilangan kesaktiannya. Jurus Pedang Kembar dan Kidung Pamungkas tidak berarti lagi. Tak lama kemudian mata Arya Dwipangga buta. Hal itu disebabkan karena kutukan seorang pertapa yang bernama Resi Wisambudi yang telah dibunuhnya.
Kelompok Pendekar Jahat
Kelompok pendekar ini dipimpin oleh Mpu Tong bajil, beranggotakan antara lain, Dewi Sambi, Mpu Renteng, Jaran Lejong, dan Jaran Bangkal, namun diantara mereka ilmu kanuragan yang paling mumpuni adalah Mpu Tong Bajil sendiri dan Dewi Sambi.
Mpu Tong Bajil
Mpu Tong Bajil digambarkan sebagai sosok Pendekar Cebol yang berwajah bengis, yang terkenal dengan kekejamannya.
Mpu Tong Bajil berasal dari Padepokan Gunung Tengger, murid dari Wong Agung ini mempunyai senjata ampuh bernama Tongkat Pencabut Roh, dengan ilmu pukulan andalannya bernama Aji Segara Geni. Mpu Bajil adalah pemimpin kelompok pendekar yang membantu Pemerintah Kediri. Dalam sebuah pertarungan melawan Arya Kamandanu, Tongkat Pencabut Roh miliknya patah menjadi dua. Mpu Bajil sangat marah. Dia lalu memperdalam Aji Segara Geni di Lereng Tengger. Setelah beberapa bulan lamanya Mpu Bajil berhasil memperdalam Aji Segara Geni. Dia kembali turun Gunung. Kembali Mpu Bajil bertarung melawan Arya Kamandanu. Mereka bertarung di Lembah Kardama. Dalam pertarungan itu Arya Kamandanu kalah dan Pedang Nagapuspa dapat direbut.
Dengan Pedang Nagapuspa di tangannya Mpu Bajil menjadi semakin kuat. Dia bersama Dewi Sambi dan kelompok perampoknya membuat kekacauan di mana-mana, bahkan kan dia berani membuat kekacauan di Majapahit. Saat itu Kamandanu sudah menjadi salah satu senopati perang di Majapahit, maka, Prabu Kertajasa Jaya Wardana mengutus Arya Kamandanu bersama Sakawuni untuk segera menumpas gerombolan penjahat itu. Setelah Kamandanu memperdalam jurus Naga Puspa sampai tingkat akhir dan kemudian tergigit oleh Ular Naga Puspa Kresna, dan dengan bantuan senjata ampuh Keris Mpu Gandring, Arya Kamandanu berhasil merebut kembali Pedang Nagapuspa. Dan Mpu Bajil pun tewas setelah dadanya terhunjam Keris maut tersebut, sedangkan Dewi Sambi diampuni karena sedang mengandung. Kepala Empu Bajil pun dibawa ke Majapahit.
Dewi Sambi
Dewi Sambi adalah murid dari Dewi Upas, sosok pendekar wanita yang tangguh dan cukup kejam yang menjadi kekasih daripada Mpu Tong Bajil.
Ia terkenal dengan pukulan beracunnya yang mematikan yaitu Ajian Tapak Wisa. Dia sangat mencintai Empu Bajil. Dia rela meninggalkan gurunya di Gunung Kawi hanya demi cintanya pada Mpu Bajil. Dari hubungannya dengan Mpu Bajil, Dewi Sambi mengandung dan memiliki seorang bayi laki-laki yang bernama Layang Samba. Namun Layang Samba dipelihara oleh Dewi Upas, guru Dewi Sambi yang memiliki kesaktian luar biasa. Diantaranya dia menguasai ilmu ular. Dewi Upas bisa memanggil ribuan ular dan memerintahkan mereka melakukan sesuatu.
Dewi Sambi sangat berduka atas kematian Mpu Bajil. Dia berusaha membalaskan dendam kematian Mpu Bajil kepada Arya Kamandanu. Dia mengirimkan jasad Mpu Bajil yang disertai surat palsu yang berisi tantangan Arya Kamandanu ke Padepokan Tengger agar Guru Mpu Bajil yang terkenal sakti Mandraguna yang bernama Wong Agung marah pada Arya Kamandanu. Awalnya Wong Agung tidak terpancing, tapi setelah perguruannya di obrak-abrik dan muridnya banyak yang tewas yang sebenarnya itu dilakukan oleh Dewi Sambi, Wong Agung pun murka, dia mencari Kamandanu dan membuat perhitungan. Kamandanu pun memenangkan pertarungan itu, tapi sayang Mpu Lunggah, Kakak seperguruan Ayahnya yang sekaligus turut membantu dalam menyempurnakan Jurus Naga Puspa kamandanu, tewas terkena pukulan aji Segara Geni milik wong agung saat bermaksud melindungi kamandanu dari pukulan maut tersebut. Setelah Wong Agung tidak berhasil mengalahkan Arya Kamandanu, Kemudian Dewi Sambi bersekutu dengan Arya Dwipangga alias Pendekar Syair Berdarah. Bersama-sama mereka melawan Arya Kamandanu. Namun lagi-lagi usahanya tidak berhasil, Kamandanu terlalu sakti untuk dikalahkan.
Dewi Sambi bertemu kembali dengan Mei Shin. Saat itu Mei Shin sedang dalam perjalanan ke Majapahit untuk mengobati Sang Prabu Kertarajasa Jayawardana. Dewi Sambi tidak menyangka kalau Mei Shin masih hidup. Dewi Sambi kemudian bertarung melawan Mei Shin. Dia ingin membunuh Mei Shin karena Mei Shin dianggap mempunyai hubungan dengan Arya Kamandanu. Namun Dewi Sambi selalu gagal menyarangkan Pukulan Tapakwisanya ketubuh Mei Shin. Setiap kali Aji Tapakwisa akan mengenai dirinya Mei Shin selalu bisa menghindar. Akhirnya Dewi Sambi menggunakan tipu muslihat. Dia berpura-pura minta maaf pada Mei Shin. Ketika Mei Shin sedang lengah, Dewi Sambi membokongnya. Tapi lagi-lagi Dewi Sambi tidak berhasil. Aji Tapakwisa malah membalik pada dirinya, sehingga Dewi Sambi tewas dengan tubuh terpancang di tonggak kayu. Itu adalah akibat kutukan Resi Wisambudi, seorang pertapa yang dibunuhnya bersama Arya Dwipangga.
Kisah Percintaan
Kamandanu menaruh hati kepada empat perempuan. Yang pertama kepada Nari Ratih, gadis dari desa Menguntur, yang kemudian dinikahi oleh Arya Dwipangga, kakak kandung Arya Kamandanu. Yang kedua kepada Mei Shin, perempuan pelarian dari tanah Cina yang kemudian dinodai oleh Arya Dwipangga hingga hamil. Yang ketiga kepada Luh Jinggan, anak perempuan Mpu Lunggah (yang mengajarinya ajian Naga Puspa Kresna). Cinta ini juga tak kesampaian karena Kamandanu hanya menganggapnya adik. Yang keempat kepada Sakawuni, kolega sesama pendekar, putri Dewi Tunjung Biru, yang akhirnya dinikahinya. Dari pernikahannya ini Kamandanu memperoleh seorang putra. Kelak setelah Singosari runtuh, Kamandanu menjadi senopati Majapahit.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar