Burung yang paling indah di dunia adalah cendrawasih yang terutama dijumpai di Irian. Burung yang menabjubkan ini telah di kenal di dunia Barat sejak tahun1522 ketika itu satu-satunya kapal Magellan yang selamat kembali ke Spanyol. Kapal itu nenbawa beberapa kulit cendrawasih, hadiah raja Maluku untuk Spanyol. Bulu-bulu tersebut begitu indahhingga orang Spanyok mengiranya bulu malaikat dari Surga.
Cendrawasih ekor pita (Astrapia mayeri) dari Papua Nugini ditemukan pada tahun 1938, dan mungkin masih banyak lagi yang mungkin belum diketahui dan ditemukan di lembah-lembah sepi Irian Jaya.
Dari 42 jenis yang dikenal, dua dijumpai hanya di Australia, du ditemukan baik di Irian Jaya maupun Australia, dan dua hanya ditemukan di kepulauan Maluku, sedangkan 36 jenis lainnya hanya terdapat di Irian yang merupakan daerah asalnya. Burung cendrawasih Menghuni kisaran habitat yang luasdi hutan dataran rendah sampai ke pegunungan. Masing-masing jenis hanya terdapat pada kisaran ketinggian tertentu dan beberapa seperti burung cendrawasih MacGregor hanya dijumpai di satu atau dua lembah di dataran tinggi. Isolasi geografis yang disebabkan adanya barisan pegunungan yang tidak dapat dilalui, telah memungkinkan burung cendrawasih berkembang menjadi jenis-jenis yang berbeda. Adanya isolasi tersebut juga memberikan satu kepastian bahwa hanya beberapa jenis yang telah dipelajari di alam dan habitat dari banyak jenismasih tetap merupakan rahasia.
Ukuran burung cendrawasih berkisar antara 150 mm (burung cendrawasih raja dan cendrawasih Wilson) sampai 710 mm (Bueung cendrawasih paruh sabit hitam). Burung ini masih memiliki erabat dengan suku jalak dan gagak tetapi dibedakan dari kerabatnya ini, karena burung jantan memiliki bulu dada yang luar biasa dan sering kali berwarna cerah, bulu ekor yang panjang atau bulu pada sisi badan yeng menanjang. Bulu burung jantan yang menyala warnanya ini membantunya untuk memikat pasangan pada saat ia memperagakan dirinya. Burung betina biasanya tidak menyolok dan berwarna cokelat suram sehingga tidak menarik perhatian. Tingkah lau berkembang biak ada hubungannya dengan seberapa jauh penampilan kedua jenis kelamin. Jenis yang hitam misalnya Cendrawasih MacGregor dan burung manukodia, betina dan jantannya serupa dan disini jantan membantu memelihara anaknya. Pada jenis-jenis yang jantannya beraneka warnanya, jantan tersebut tidak ikut memegang peranan sebagai induk.
Sewaktu memperagakan diri, jantan memamerkan hiasannya yang aneh, baik bulu dikepala, bulu di sisi badan dan ekor, bulu penutup disisi dada atau di dada dengan cara menegakkan dan menegakkan bulu-bulu itu dan ikut serta menarikan tarian ritual atau berlagak dalam pose menyolok. Burung cendrawasih berekor kawat enam dari Arfak memperagakan diri di dekat atau pada lantai hutan; tempat percumbuan itu dipelihara dan dibersihkannya dari vegetasi.
Jenis-jenis lain memperagakan diri diatas pohon, dan beberapa yang lain lagi, seperti burung cendrawasih biru, berkumpul dan melakukannya dalam bentuk kelompok, meskipun masing-masing jantan mempunyai tempat hinggap tersendiri. Jantan burung cendrawasih biru berlagak dan membentangkan bulu-bulu sisi tubuhnya yang berkilauan , dan berakronbar guna mempertontonkan bulunya yang indah. Jika seekor jantan sudah berhasil memikat betina, maka terjadilah perkawinan, dan jantan dapat kawin dengan betina lainnya. Setelah kawin, hanya betina yang mengurus anaknya dan membuat sarang yang letaknya jauh dari tempat pentas dan peragaan si jantan. Hanya beberapa jenis cendrawasih yang sarangnya diketahui. Biasanya merupakan kumpulan ranting-ranting berbentuk baskom yang diletakkan diatas dahan. Tetapi, cendrawsih raja bersarang di lubang pohon dan meletakkan satun-dua telur berwarna pucat yang bergaris-garis tak teratur.
Bulu burung cendrawasih sering digunakan penduduk asli Irian sebagai hiasan rambut atau dekorasibagian tubuh lainnya. Seorang laki-laki yang berhiaskan bulu burung cendrawasih dianggap lebih menarik gadis-gadis daripada saingannya yang bertubuh lebih tegap tetapi tidak memiliki hiasan. Di Papua Nugini menigkatnya keamanan dan kemakmuranmempunyai arti bahwa penduduk asli mempunyai lebih banyak waktu luang untuk berburu burungcendrawasih, sehingga pesta suku semakin meriah, baris demi baris bulu cendrawasih berayun. Tentu saja yang di cari buu burung paling indah. Begitu pentingnya burung ini dalam kebudayaan tradisionalnya, hingga burung cendrawasih tergambar dalam bendera nasional Papua Nugini.
Walaupun selama berabad-abad penduduk Irian telah membantai burung-burung cendrawasih selama berabad-abad yang tak terhitung jumlahnya, baru menjelang akhir abad ke sembilan belas burung ini mendekati kepunahan. Ribuan ekor telah dibunuh demi memenuhi idaman mode Eropa. Kira-kira 50.000 kulit per tahun tiba di pasaran Barat, semuanya dipakai sebagai penghias pakaian. Untunglah sekarang orang Eropa tidak lagi memakai bulu burung di pakaiannya dan perdagangan ini sesungguhnya telah mati. Burung cendrawasih merah sering kali di pelihara orang. Bulunya sering kali dipakai sebagai perlengkapan pakaian dan perhiasan topi pemain drum band di Jakarta dan banyak rumah orang Indonesia memiliki burung cendrawasih yang diawetkan sebagai penghias rumah.
Walaupun semua burung cendrawasih termasuk jenis yang dilindungi di Indonesia, burung yang indah ini masih terancam oleh pedagang yang menguntungkan tetapi tak bertanggung jawab. Burungburung ini kemungkinan besar merupakan sumber inspirasi bagi mitos burung phoenix, burung yang membakar diri di api dan lahir kembali dari abunya. Legenda ini sedikitnya berumur 2000 tahun, lahir pada zaman Punisiaatau bahkan lebih awal lagi dan agaknya menyebar di "dunia lama" bersama pedagang-pedagang yang menjual kulit nurung cendrawasih. Diperkirakan bahwa brung Phoenix aslinya adalah burung cendrawasih Raggi jantan, yang bulu kepalanya berwarna emas berjambul merahyang indah melambai panjang ke belakang. Kalau sang jantan memperagakan diri kepada betinanya ia merendahkan kepala emasnya ke dan menegakkan bulu-bulu yang berwarna api sehingga tampak seperti kipas merah menyala, sehingga seolah-olah ditelan api.
sumber textnepenthes-abeng.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar